Saya juga mempercayai bahwa legenda pulau Atlantis yang disebutkan oleh Plato sebenarnya adalah kepulauan Nusantara. Saya mulai mempercayai hal ini setelah membaca buku berjudul “Atlantis The Lost Continent Finally Found” yang ditulis oleh Prof. Arysio Nunes dos Santos, Ph.D . Prof. Santos mengatakan bahwa Atlantis itu sebenarnya berada di Indonesia. Melalui bukunya, beliau meyakinkan saya kalau Atlantis itu benar benar berada di Indonesia, Nusantara ini.
mau tau siapa Prof. Santos dan bukunya? bisa baca di sini deh :3 atau, juga bisa cari di google.
Berawal dari membaca sebuah artikel di blog seseorang (maaf lupa link nya) mengenai sebuah candi Hindu yang memiliki struktur unik. Namanya Candi Sukuh, terletak di Karanganyar. Pertama kali saya melihat foto candi tersebut, saya hampir tidak percaya. Struktur bangunan candi Sukuh menyerupai piramida Chichen Itza suku Maya di Meksiko. Baru kali ini saya melihat struktur candi Hindu di Indonesia yang strukturnya menyerupai piramida peradaban suku maya yang letaknya jauh di meksiko.
Bukan piramida suku Maya. teras ketiga, tempat candi induk |
Itulah salah satu alasan saya bikepacking ke jogja. Biar lebih deket ke candi Sukuhnya. Berbekal rasa penasaran, di hari ke-tiga bikepacking ke Jogja, saya berniat mengunjungi candi Sukuh. Setelah gagal mencari keromantisan di Museum Vredeburg, saya langsung cabut meninggalkan Jogjakarta menuju ke Karanganyar. Perjalanan dari kota Jogja ke candi Sukuh memerlukan waktu sekitar 2 setengah jam lebih (sudah termasuk nyasar di kota Solo karena gak ada peta dan Smartphone, hikz).
Candi Sukuh ini terletak di wilayah Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, dan berada di lereng gunung Lawu, pada ketinggian kurang lebih 910 meter diatas permukaan laut. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Untuk mengunjungi candi ini, kita harus membayar tiket masuk seharga Rp.3000.
teras pertama |
garuda man tanpa kepala |
Pas sampai di candi sukuh masih sepi banget. Cuma ada saya seorang debagai pengunjung, dan 2 orang petugas yang masih membersihkan candi. Hawa di sini dingin-dingin unyu. Maklum berada di ketinggian 910 mdpl di lereng gunung Lawu. Kesan pertama saya dengan komplek candi Sukuh ini: keren! Saya baru lihat struktur candi hindu Indonesia yang beda dari yang lain. Untuk relief-reliefnya masih ketara hindunya, tapi bentuk gapura (untuk naik ke teras selanjutnya) dan candi induknya beda. Kalau biasanya gapura dan candi hindu itu biasanya lancip bagian atasnya, di candi Sukuh gapura dan candinya berbentuk trapezium, dengan bagian atas yang tumpul. Sama persis seperti struktur piramida suku maya.
sangu buat Ujian Nasional. eh gak deng :v |
“badhe mlebet candi, mboten nopo-nopo nggih pak?” tanya saya kepada salah satu penjaga candi
“oh nggih, mboten nopo-nopo mas”
Okelah, karena sudah ijin, saya mencoba untuk masuk ke dalam candi. Jadi, berbeda dengan candi hindu lainnya yang biasanya ada sebuah ruangan di dalam candi, candi induk ini malah ada tangga untuk naik ke atasnya. Setelah melewati tangga yang relative tinggi dan lorong sempit, akhirnya saya sampe juga di puncak candi. Mitosnya, bentuk lorong candi ini diibaratkan sebagai vagina perempuan. Dan ada cerita kalau perempuan perawan mencoba masuk lorong ini, selaput daranya akan sobek dan berdarah. Dan kalau perempuan yang sudah tidak perawan mencoba masuk lorong ini, kain pakaiannya akan sobek dan terlepas. Puncak candinya datar, dan ada yoni kecil dan sesajen yang kelihatannya baru saja diletakkan di sana. Sepertinya candi Sukuh ini masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah warga. Turun dari candi induk, saya berkeliling untuk melihat relief-relief yang ada.
relief tentang perjalanan menuju moksa menurut saya |
menurutmu, ini bentuk apa? :3 |
Di sana, beberapa patung dan relief. Ada patung manusia garuda, ada patung kura-kura, ada patung yang bentuknya seperti alat kelamin laki dan perempuan. Pada salah satu sudut, ada rentetan relief yang seperti menceritakan sesuatu. Dan dengan gaya yang sok tau, saya mencoba menterjemahkan arti reliefnya. Singkatnya, itu adalah perjalanan untuk menuju kemuliaan. Berawal dari relief babi, lalu menjadi orang biasa, menjadi bangsawan, dan kemudian menjadi dewa (manusia yang mulia). Mohon jangan terjemahan relief tadi jangan dipercaya. Saya hanya menterjemahkan menurut saya sendiri sih. Ahaahahah :D.
Saat saya mau pulang, ada beberapa pemuda dan dua turis mancanegara yang mengunjungi candi Sukuh ini. Mungkin turis mancanegara itu juga penasaran dengan struktur candi yang hampir sama dengan piramida suku maya di Meksiko itu. Saya yang orang asli Nusantara ini juga awalnya tidak percaya dengan bentuk candi Sukuh ini. Kalau orang luar aja mengunjungi peninggalan peradaban negeri kita, masa kita sendiri tidak mengunjunginya? :3
tampak samping |
Bagi saya yang menganut kepercayaan kalau Atlantis itu di Nusantara ini, candi Sukuh ini merupakan sebuah bukti penting. Bukti kalau adanya ikatan antara suku walau terpisahkan antara jarak yang jauh. Jadi bagaimana caranya kedua peradaban yang LDRan sangat jauh punya struktur bangunan yang hampir sama? Saya percaya kalau semua peradaban besar yang kita ketahui sekarang ini dulunya berasal dari Atlantis. Orang-orang Atlantis mencoba menyelamatkan diri dari bencana yang menyerang mereka. Hasilnya, semua peradaban besar yang kita kenal punya hubungan antara satu dengan lainnya. maaf kalau teori saya ini terlalu ngawur. saya memang bukan ahli sejarah sih hehehe :D
0 komentar:
Posting Komentar